Pemutih kulit sering dianggap cara cepat untuk membuat kulit terlihat lebih cerah. Namun, beberapa produk bisa mengandung bahan berbahaya yang merusak kulit dan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk selalu membaca label dan berkonsultasi dengan dokter sebelum memakainya.
Banyak orang masih percaya bahwa kulit putih identik dengan cantik dan bahagia. Mitos ini membuat produk pemutih kulit laris di pasaran. Sayangnya, tidak sedikit produk yang mengandung bahan berbahaya dan bisa merusak kesehatan.
Pada tahun 2024, BPOM pernah menyita lebih dari 200 ribu produk kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya, dan sebagian besar adalah pemutih kulit. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya konsumen lebih waspada sebelum membeli.
Hal-Hal yang Perlu Diketahui dari Penentuan Warna Kulit
Warna kulit ditentukan oleh pigmen bernama melanin. Selain memberi warna, melanin juga melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet (UV).
Semakin banyak melanin, kulit akan tampak lebih gelap tetapi lebih terlindungi dari risiko penuaan dini dan kanker kulit. Sebaliknya, kulit yang lebih putih memiliki perlindungan lebih rendah sehingga lebih rentan terkena kerusakan akibat sinar matahari.
Mencermati Bahan dan Cara Kerja Produk Pemutih
Bahan-bahan yang digunakan dalam produk pemutih berfungsi untuk mencerahkan warna kulit dengan cara melawan proses produksi melanin alami sehingga kadar melanin pada kulit menjadi berkurang. Dengan berkurangnya kadar melanin, warna kulit menjadi lebih putih.
Setiap bahan mengandung manfaat dan efek samping. Beberapa bahan dikategorikan berbahaya karena menimbulkan dampak buruk meski dalam kadar terbatas. Sementara bahan lain dapat ditoleransi sehingga sisi manfaatnya lebih dominan dari efek sampingnya.
Pemutih kulit dapat mengurangi kadar melanin, sehingga kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Jika digunakan terus-menerus, kulit bisa menua lebih cepat dan risiko terkena kanker kulit meningkat.
Selain itu, paparan sinar matahari yang berlebihan pada kulit dengan melanin rendah dapat mempercepat munculnya keriput dan kanker kulit.
Untuk itu, Anda perlu cermati beberapa bahan pemutih kulit yang juga menyimpan risiko tinggi bila digunakan sembarangan atau di luar dari pengawasan dokter:
1. Merkuri (air raksa)
Merkuri atau air raksa adalah logam yang pada kondisi normal berbentuk cairan warna abu-abu yang tidak berbau dan tidak larut dalam air dan alkohol, tetapi larut dalam asam nitrat, asam sulfur panas, dan lipid.
Merkuri termasuk bahan aktif yang berdampak dalam pengelupasan epidermis kulit. Dalam jangka panjang, penggunaannya dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal, sistem saraf, dan masalah psikologis. Bahkan, merkuri juga bisa menyebabkan kelainan fungsi otak pada janin dalam kandungan ibu hamil.
2. Hidrokinon
Hidrokinon adalah bahan kimia yang sering digunakan dalam industri foto dan bahan kimia lain. Dalam kosmetik, hidrokinon dipakai untuk menghambat pembentukan melanin agar kulit terlihat lebih cerah.
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan POM milik Amerika Serikat menyatakan bahwa produk pemutih yang dijual bebas di pasaran hanya boleh mengandung kadar hidrokinon maksimal hingga 2%.
Sementara jika produk ini diresepkan dokter spesialis kulit maksimal hanya boleh mengandung 4% hidrokinon. Penggunaan hidrokinon di atas 4% dapat menyebabkan ruam pada kulit karena terbakar.
Di Indonesia, produk pemutih yang mengandung hidrokinon sempat diperbolehkan beredar dengan kadar sama. Namun, sejak tahun 2008, melalui Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik, kandungan hidrokinon di dalam produk pemutih tidak boleh digunakan sama sekali.
Selengkapnya dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa hidrokinon hanya boleh digunakan oleh tenaga profesional sebagai bahan pengoksidasi warna pada pewarna rambut dan cat kuku.
Penggunaan hidrokinon dalam kadar tinggi atau yang berkelanjutan dapat memicu hiperpigmentasi, vitiligo, bahkan okronosis eksogen.
3. Steroid
Steroid (corticosteroid) adalah bahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi peradangan, contohnya pada kulit yang memerah dan gatal-gatal. Jika dikonsumsi dalam kadar tinggi atau secara berkelanjutan, steroid yang tergolong kuat ini dapat menyebabkan katarak dan pelemahan tulang.
Khususnya untuk kulit, efek samping dari pemakaian steroid adalah penipisan pada lapisan kulit. Jika kulit menjadi terlalu tipis, orang tersebut akan lebih mudah tergores atau terluka. Steroid yang dioleskan pada kulit dapat terserap oleh tubuh lalu masuk ke dalam pembuluh darah.
Pada beberapa kondisi, penggunaan steroid sembarangan atau tanpa pengawasan dokter dapat menimbulkan efek samping berupa telangiektasis, jerawat, bahkan memperlambat penyembuhan luka di kulit.
4. Rhododenol
Rhododenol adalah bahan kimia alami dari kulit pohon birch putih yang mengurangi produksi melanin. Bahan ini sebenarnya sempat disahkan badan kesehatan Jepang dan bahkan digunakan dalam beberapa produk perusahaan kosmetik terkemuka di Jepang.
Namun, bahan ini juga telah dicabut oleh pemerintah Jepang karena telah terbukti berdampak buruk pada kesehatan.
Meski sempat dijual di Indonesia, produk yang mengandung rhododenol akhirnya ditarik dari pasaran pada Juli 2013. Penarikan dilakukan karena beberapa konsumen melaporkan munculnya bercak putih atau perubahan warna kulit (depigmentasi).
5. Kombinasi hidrokinon, kortikosteroid, dan retinoic acid
Kortikosteroid dan retinoic acid digunakan secara umum dalam pengobatan beberapa masalah kulit, seperti hiperpigmentasi (bercak-bercak hitam pada kulit). Namun, jika digabungkan dengan hidrokinon, produk tersebut dianggap tidak aman.
Dalam jangka panjang dan kadar berlebihan, penggunaannya dapat menyebabkan penipisan kulit dan membuat kulit berubah menjadi merah muda.
6. Ascorbic acid (vitamin C) dan turunannya
Vitamin C mencerahkan kulit karena bersifat antioksidan, sehingga membantu mengurangi produksi melanin. Biasanya, vitamin C untuk memutihkan kulit diberikan melalui suntikan.
Meski efektif untuk mencerahkan kulit, tetapi jika diberikan dalam kadar tinggi dapat menimbulkan risiko, seperti pusing, pingsan, mengganggu fungsi ginjal, bahkan pembentukan batu ginjal. Selain itu, suntik vitamin C juga sebaiknya dihindari pada wanita hamil karena bisa mengganggu pertumbuhan janin.
Pada umumnya, banyak bahan alami yang aman dan dapat membantu proses pemutihan kulit. Namun, bahan yang aman pun berpotensi berdampak buruk jika digunakan berlebihan. Demi keamanan dan kesehatan, pemakai perlu memerhatikan kadar kandungan bahan dan cara pemakaian yang aman.
Sebagai alternatif, Anda bisa menggunakan berbagai produk skincare atau perawatan kulit dengan beberapa kandungan berikut ini:
Kojic acid
Kojic acid berasal dari beberapa jenis jamur, yang juga sering digunakan dalam pembuatan sake Jepang. Bahan ini tergolong aman, tetapi pada sebagian orang dengan kulit sensitif atau jika digunakan sembarangan, dapat menimbulkan iritasi seperti kemerahan pada kulit.
Arbutin
Arbutin adalah ekstrak dari tanaman bearberry yang bekerja dengan menghambat enzim tirosinase, yaitu enzim penting dalam pembentukan melanin. Meski tergolong aman, penggunaan arbutin dalam jangka panjang secara sembarangan dapat menimbulkan efek samping, termasuk munculnya bercak putih atau perubahan warna kulit (depigmentasi).
Ekstrak Licorice
Ekstrak tanaman sejenis polong-polongan ini menghambat enzim tirosinase, yang berperan dalam pembentukan melanin. Licorice relatif aman, tetapi jika diserap oleh tubuh dalam jangka panjang, bisa berisiko meningkatkan tekanan darah.
Ekstrak Chamomile
Ekstrak chamomile membantu menyerap pigmen melanin. Namun, bahan ini sebaiknya dihindari oleh orang yang alergi terhadap tanaman sejenis bunga chamomile , seperti bunga daisy.
Ekstrak Mulberry
Sama seperti licorice, ekstrak mulberry menghambat aktivitas tirosinase dan berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Karena data tentang efek samping pada ibu hamil dan menyusui masih terbatas, kelompok ini sebaiknya membatasi penggunaannya.
Ekstrak Teh Hijau
Ekstrak teh hijau mengurangi pelepasan melanosoma dari melanosit ke keratinosit dan menurunkan aktivitas tirosinase. Penelitian sejauh ini belum menunjukkan efek samping saat digunakan secara topikal pada kulit.
Antagonist Alpha-MSH
Bahan ini berguna untuk menghambat enzim tirosinase dan produksi melanin. Efek sampingnya belum sepenuhnya diketahui.
Tips untuk Mengurangi Risiko Akibat Bahan Berbahaya dalam Pemutih Kulit
Untuk mengurangi risiko akibat penggunaan bahan pemutih kulit, pastikan kosmetik yang Anda beli terdaftar di BPOM. Produk yang teregistrasi wajib mencantumkan nomor izin edar, sedangkan produk ternotifikasi harus mencantumkan nama dan alamat produsen pada label.
Selalu baca label untuk mengetahui komposisi, cara pakai, dosis, dan tanggal kadaluarsa. Sebelum pemakaian rutin, lakukan uji tempel dengan langkah berikut ini:
- Oleskan produk pada plester.
- Tempelkan plester selama 24 jam di bagian dalam lengan bawah.
- Jaga plester agar tidak terkena air.
- Periksa kulit setelah melepas plester; hentikan penggunaan jika muncul kemerahan, gatal, melepuh, atau nyeri.